BANJARBARUEMAS.COM – Ada yang indah dari cara perempuan memimpin. Tidak dengan suara lantang, tapi dengan hati yang mendengar. Tidak dengan ambisi menaklukkan, tapi dengan empati yang menumbuhkan. Kadang lembutnya dianggap kelemahan, emosinya disalahpahami, dan air matanya dicibir sebagai tanda rapuh. Padahal justru dari sanalah lahir kekuatan yang paling jernih: keberanian untuk peduli.
Suatu ketika, dalam sebuah podcast yang saya dengarkan, ada kalimat yang menancap begitu dalam di hati. “Ketika perempuan menjadi pemimpin bukan berarti laki-laki lemah. Justru bagaimana peran laki-laki bisa sama-sama bergandengan tangan menjadi support system yang baik,” tutur Dewi Sukma Sari, sosok yang saya kenal aktif dalam pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di Banjarbaru melalui perannya di TP PKK Kota Banjarbaru.
Kalimat itu sederhana, tapi dalam — dan barangkali menemukan wujud nyatanya di Banjarbaru hari ini. Melalui sosok Wali Kota perempuan pertamanya, Hj. Erna Lisa Halaby, kita melihat bagaimana kepemimpinan bisa tumbuh dari cinta dan kolaborasi, bukan dari ambisi.
Momen itu tampak nyata dalam acara Pengukuhan Ayah Bunda Forum Anak Daerah (FAD) Provinsi Kalimantan Selatan) di Loksado, Selasa, 7 Oktober 2025. Di tengah udara sejuk pegunungan dan gemericik sungai yang mengalir lembut, terlihat keduanya berjalan berdampingan.
Wali Kota Banjarbaru Hj. Erna Lisa Halaby, dengan langkah tenang namun tegas, dan H. Riandy Hidayat, sang suami, yang menggenggam tangannya dengan tulus. Sebuah genggaman sederhana, namun memancarkan makna mendalam: dukungan yang nyata, cinta yang berpijak pada tanggung jawab, dan kepemimpinan yang tidak berjarak.
Loksado pagi itu seperti menyatu dengan kisah mereka. Daerah yang dikenal dengan budaya Dayak Meratus dan keindahan alamnya menjadi saksi senyap dari energi cinta yang menyalakan semangat kepemimpinan. Kabut yang turun perlahan di antara pepohonan, dan suara burung dari arah Sungai Amandit, seolah ikut merayakan harmoni itu — kepemimpinan yang tumbuh dari hati dan dilandasi saling percaya.
Dan dari kepemimpinan yang saling menguatkan itulah, Banjarbaru menorehkan prestasi gemilang di tingkat provinsi. Puskesmas Inap Cempaka meraih Juara 1 Pelayanan Ramah Anak (PRA), sebuah capaian yang mencerminkan kepemimpinan berwajah kasih. Fasilitas ramah anak, tenaga kesehatan terlatih, dan pelayanan yang berlandaskan empati menjadi bukti bahwa kebijakan yang lahir dari hati akan selalu menyentuh kehidupan banyak orang.
Tak hanya itu, Banjarbaru juga dianugerahi Predikat Madya Kota Layak Anak (KLA) dari Kementerian PPPA — pengakuan atas konsistensi kota ini menanamkan nilai perlindungan anak dalam setiap kebijakan publik. Di bawah kepemimpinan Hj. Erna Lisa Halaby, keberpihakan pada anak tidak berhenti dalam tataran diskusi, tapi hidup di taman bermain, di sekolah, di puskesmas, dan di hati masyarakat.
Sementara itu, Forum Anak Daerah (FAD) Banjarbaru turut menunjukkan semangat dan kreativitas anak-anak kota ini dengan menyabet Juara 1 Lomba Kreativitas Desain Stiker dan Juara 2 Lomba Photobooth Tingkat Provinsi. Dari tangan-tangan kecil mereka lahir karya besar; dari imajinasi mereka tumbuh harapan akan masa depan kota yang lebih manusiawi.
Kepemimpinan perempuan, seperti yang ditunjukkan Wali Kota Lisa, bukan tentang mengambil alih peran laki-laki. Tapi tentang menambah warna, menambah kehangatan, dan menciptakan ruang kolaborasi. Di sana, peran sang suami menjadi penting — bukan sebagai bayangan, tapi sebagai penyangga yang membuat langkah pemimpin perempuan semakin kokoh.
Loksado hari itu hanyalah latar. Tapi di balik lembut kabutnya, kita seolah melihat metafora kehidupan: sungai yang terus mengalir, gunung yang berdiri teguh, dan genggaman tangan yang menjaga keseimbangan di antara keduanya.
Dari sanalah Banjarbaru belajar: bahwa cinta bisa menjadi sumber daya kepemimpinan yang paling kuat. Bahwa sebuah genggaman tangan bisa menumbuhkan keberanian untuk membangun, mendengar, dan melayani. Dan bahwa di balik setiap perempuan hebat, selalu ada dukungan yang tidak kalah hebat — diam, lembut, tapi terus menguatkan.
Banjarbaru kini tidak hanya berprestasi. Ia sedang bertumbuh dalam kehangatan cinta, empati, dan kolaborasi. Sebab kepemimpinan sejati, seperti di Loksado pagi itu, selalu lahir dari dua hati yang saling menggenggam.(be)
382
Tidak ada komentar