BANJARBARUEMAS.COM – Sejak awal masa kepemimpinannya pada 21 Juni 2025, Wali Kota Banjarbaru Hj. Erna Lisa Halaby langsung menegaskan arah baru pembangunan kota. Baginya, kemajuan Banjarbaru tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik, tetapi juga dari seberapa dalam pemerintahannya mampu merangkul semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan, disabilitas, dan keluarga miskin. “Kota yang maju adalah kota yang tidak meninggalkan satu pun warganya,” tegasnya dalam berbagai kesempatan.
Semangat itu tampak jelas ketika bulan Agustus (2/8/2025), Wali Kota Lisa turun langsung ke Kelurahan Cempaka untuk menyalurkan bantuan perlengkapan sekolah bagi anak yatim, penyandang disabilitas, dan anak-anak dari keluarga kurang mampu. Ia tidak sekadar hadir untuk menyerahkan bantuan, tetapi untuk memastikan bahwa kebijakan sosial di Banjarbaru benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat. “Saya ingin melihat sendiri bagaimana kondisi mereka, agar setiap kebijakan yang dibuat berangkat dari realitas,” ucapnya.
Kehadiran Wali Kota Lisa disambut dengan penuh haru oleh warga. Banyak yang menilai, langkah turun langsung seperti itu menjadi bukti nyata bahwa kepemimpinan beliau tidak berhenti di ruang rapat. Ia ingin memahami kehidupan warga dengan mata kepala sendiri—mendengar cerita, menerima keluhan, dan merasakan apa yang dirasakan masyarakat kecil. Dalam kunjungan itu, Lisa juga berdialog dengan para orang tua anak disabilitas untuk memastikan mereka mendapatkan dukungan pendidikan dan sosial yang layak.
Program tersebut merupakan bagian dari Banjarbaru Charity, inisiatif sosial terpadu di bawah visi besar Banjarbaru EMAS (Elok, Maju, Adil, Sejahtera). Sejak awal pemerintahannya, Lisa menjadikan keadilan sosial dan keberpihakan kepada kelompok rentan sebagai salah satu pondasi pembangunan manusia Banjarbaru. Pendekatannya bukan karitatif semata, tetapi berbasis sistem yang berkelanjutan—memperkuat data penerima bantuan, memperbaiki mekanisme pelayanan, dan memastikan setiap kebijakan berpihak pada warga yang paling membutuhkan.
Dalam arah kebijakan sosialnya, Wali Kota Lisa menempatkan isu disabilitas sebagai bagian integral dari pembangunan manusia. Ia menjalin komunikasi erat dengan organisasi penyandang disabilitas, termasuk komunitas POTADS (Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome), untuk memastikan bahwa anak-anak penyandang Down Syndrome memiliki ruang untuk berkembang. Dari sinergi itu lahirlah sejumlah komitmen kuat: pemerintah menyediakan ruang aman dan ramah anak bagi anak-anak Down Syndrome, memfasilitasi kegiatan seperti membatik sasirangan, menari, dan aktivitas terapi sosial, serta menjamin akses pendidikan dan kesehatan bagi mereka.
Pemko Banjarbaru juga berkomitmen mendukung kegiatan tahunan Bulan Peduli Down Syndrome sebagai bentuk penghargaan terhadap ketekunan para orang tua yang mendampingi anak-anak luar biasa ini. Lebih dari itu, dalam sebuah momen penuh kehangatan, Wali Kota Lisa menerima amanah menjadi Ibu Asuh anak-anak penyandang Down Syndrome di Banjarbaru. Sebuah simbol kepemimpinan yang bukan hanya administratif, tetapi juga emosional—pemimpin yang tidak hanya memerintah, tetapi merangkul.
Konsistensi Lisa dalam membangun kota inklusif juga tercermin dalam kebijakan pemerintahannya. Banjarbaru kini memiliki Unit Layanan Disabilitas (ULD) di bawah Dinas Pendidikan, serta telah menetapkan Peraturan Daerah tentang Disabilitas sebagai payung hukum bagi pelaksanaan program inklusi. Bagi Lisa, kebijakan tanpa payung hukum hanya akan menjadi kegiatan jangka pendek, sementara kota inklusif harus dibangun dengan sistem yang kokoh dan berkelanjutan.
Langkah-langkah inklusif itu juga menyentuh ranah fisik kota. Salah satu inovasi sederhana namun berdampak adalah pembangunan halte portabel di halaman Rumah Disabilitas Banjarbaru, Jalan Trikora, Guntung Manggis, oleh Dinas Perhubungan. Fasilitas ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan warga disabilitas yang kesulitan menjangkau halte lama di sekitar RSD Idaman. Meskipun hanya satu unit, halte portabel tersebut menjadi simbol bahwa pemerintah benar-benar memperhatikan detail kebutuhan warganya, bahkan dalam hal yang tampak kecil.
Selain itu, Lisa juga mendorong penguatan pendataan kelompok rentan di tingkat kelurahan, agar program bantuan sosial, pendidikan, dan pelatihan keterampilan dapat dilaksanakan dengan prinsip tepat sasaran dan berbasis bukti (evidence-based policy). Pendekatan ini menjadi ciri khas kepemimpinan Lisa—setiap kebijakan disusun bukan karena tren, tetapi karena data dan kebutuhan nyata masyarakat.
Dalam banyak kesempatan, Lisa menegaskan bahwa kebijakan sosial yang berhasil tidak diukur dari besarnya anggaran, tetapi dari ketepatan sasaran dan perubahan nyata yang dirasakan warga. Karena itu, ia terus mendorong sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem kota yang ramah bagi semua.
Apa yang dilakukan Hj. Erna Lisa Halaby menunjukkan wajah baru kepemimpinan daerah: empatik, faktual, dan inklusif. Ia tidak menjadikan isu disabilitas sebagai agenda pinggiran, melainkan inti dari pembangunan manusia yang berkeadilan. Banjarbaru di bawah kepemimpinannya sedang membangun fondasi peradaban yang berakar pada empati dan solidaritas sosial.
Satu halte portabel, satu ruang kreatif, satu dialog dengan anak disabilitas—semuanya mungkin tampak kecil, tetapi dari hal-hal kecil itulah lahir budaya besar: budaya kepedulian dan kesetaraan.
Kini Banjarbaru tidak hanya tumbuh elok secara fisik, tetapi juga hangat secara sosial. Di bawah kepemimpinan Hj. Erna Lisa Halaby, Banjarbaru bergerak menuju kota inklusif yang memberi ruang bagi semua warganya untuk tumbuh bersama dalam martabat dan kebahagiaan.
Mari sebarkan semangat ini kepada keluarga, tetangga, dan rekan di sekitar Anda. Bersama, kita dukung langkah Wali Kota Lisa menjadikan Banjarbaru sebagai kota empatik, adil, dan inklusif untuk semua.(be)
303
Tidak ada komentar