15 Menit Membaca: Gerakan Bunda Literasi untuk Banjarbaru

waktu baca 3 menit
Kamis, 2 Okt 2025 12:34 505 Banjarbaru Emas

BANJARBARUEMAS.COM – Banjarbaru kembali mencatatkan bab penting dalam upaya membangun kota berbasis pengetahuan pada Kamis (2/10/2025).

Wali Kota Hj. Erna Lisa Halaby resmi dikukuhkan sebagai Bunda Literasi Kota Banjarbaru. Gelar ini menegaskan peran seorang kepala daerah yang berkomitmen menjadikan literasi sebagai denyut nadi kehidupan masyarakat.

Dalam sambutannya, Lisa menekankan pentingnya memulai gerakan literasi dari hal-hal sederhana: membaca 15 menit sehari, membacakan buku sebelum tidur, hingga berdiskusi kritis dalam keluarga.

Sebuah ajakan yang tampak sederhana, tetapi sesungguhnya menjadi pintu masuk bagi terbentuknya generasi yang berpikir kritis, kreatif, dan terbuka terhadap perubahan.

Data menunjukkan, Banjarbaru kini menempati peringkat kedua terbaik di Kalimantan Selatan dalam Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dengan skor 89,92.

Capaian ini bukan angka biasa; ia mencerminkan ekosistem literasi yang tumbuh, meskipun masih menyisakan ruang untuk diperkuat.

Dengan program literasi yang masif dan kolaboratif, Banjarbaru berpeluang besar meraih posisi terdepan, bukan hanya di provinsi, tetapi juga di tingkat nasional.

Literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis. Dalam kerangka pembangunan manusia, literasi adalah modal dasar untuk daya saing.

Negara-negara dengan tingkat literasi tinggi selalu berbanding lurus dengan kemajuan ekonomi, inovasi, serta ketahanan sosial.

Bagi Banjarbaru, memperkuat budaya membaca berarti menyiapkan generasi yang lebih siap menghadapi transformasi digital, lebih tangguh menghadapi disrupsi, dan lebih adaptif terhadap perubahan.

Dalam konteks inilah, peran Bunda Literasi menjadi strategis. Ia merupakan agen perubahan yang menghubungkan pemerintah, sekolah, keluarga, dan komunitas.

Dengan kehadiran figur publik yang konsisten mengampanyekan budaya baca, literasi akan lebih cepat menembus ruang domestik keluarga—tempat awal pembentukan karakter anak.

Sejumlah program yang dicanangkan, seperti Gerakan 7 Hari Membaca Bersama, lomba-lomba literasi, dan penguatan perpustakaan sekolah, merupakan langkah konkret.

Namun, tantangan ke depan jauh lebih kompleks. Literasi harus masuk ke ruang digital, menyasar generasi muda yang akrab dengan gawai, sekaligus memanfaatkan media sosial untuk membangun komunitas pembaca daring.

Selain itu, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci. Dunia usaha, akademisi, komunitas literasi, hingga organisasi masyarakat perlu bergandeng tangan.

Literasi bukan hanya urusan perpustakaan, melainkan urusan peradaban kota. Di titik inilah Banjarbaru bisa menjadi model kota literasi yang progresif: memadukan peran pemerintah, warga, dan teknologi.

Penetapan Wali Kota Lisa sebagai Bunda Literasi adalah momentum penting yang harus dijaga, jika gerakan literasi mampu mengakar hingga ke rumah-rumah warga, Banjarbaru tidak hanya menjadi kota dengan ruang publik yang nyaman, tetapi juga kota dengan masyarakat yang cerdas, kritis, dan berdaya saing.

Seperti yang ditegaskan Wali Kota Lisa, gerakan ini harus dimulai dari langkah sederhana. Sebab, membaca 15 menit sehari bisa menjadi batu bata kecil yang menyusun fondasi besar peradaban Banjarbaru di masa depan. (be)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA